Semoga teman-teman di mana saja dalam keadaan sehat semua. Bagi yang tengah berjuang mentas dari rasa sakitnya, semoga dapat segera sehat dan beraktivitas seperti sedia kala. Dan bagi yang tengah terlilit oleh kondisi sulit, semoga bisa lekas menemukan solusi dan menunaikan mimpi-mimpinya meski berada di tengah kondisi pandemi.
Saya rasa satu-satunya alasan, yang setidaknya dapat meredam kondisi yang runyam seperti hari ini antara lain adalah dengan cinta. Sebab cinta menjadi modus paling sederhana bagi umat manusia untuk tetap ada, berjuang, dan mengabdikan dirinya pada sesuatu yang dicintainya.
Hazrat Inayat Khan, seorang sufi yang gemar bermusik dari India ini memiliki tiga kata mendasar yang harus ada pada diri manusia. Ia mengatakan jika ketiga-tiganya ini tidak ada pada manusia, maka ia hanya akan menjadi manusia dalam bentuk fisiknya semata. Ya ia akan tetap hidup sebagaimana manusia lainnya, namun setiap jengkal kaki dan hirup-hembus nafasnya tidak ada rasa. “Ia menjadi manusia yang kering”, kata Hazrat Inayat Khan.
Pertama, seperti yang telah saya sebut di atas bahwa manusia memerlukan cinta. Bagi Hazrat Inayat Khan, cinta ini didefinisikan sebagai rasa suka kepada siapa saja dan apa saja. Jika rasa suka ini sudah terpatri, maka setiap kali bersua dengan siapa dan apa, yang muncul pertama-tama adalah laku apik.
Banyak manusia yang emoh duduk berdampingan dengan tetangganya, dengan teman sekantornya, atau sekadar menyapa melalui media sosial yang bisa jadi disebabkan oleh kurangnya rasa suka. Toh kata Hazrat Inayat Khan, segala marabahaya, kerusakan, dan peperangan yang mendasari hal-hal itu terjadi adalah hilangnya rasa suka.
Kedua, jika cinta sudah menjadi dasarnya maka manusia bisa hidup dengan seimbang, tertata, dan tentu saja menentramkan. Manusia yang memiliki rasa cinta pada tetangganya, ia akan merasa hidup lebih nyaman ketimbang mereka yang suka rasan-rasan tanpa kenyataan.
Begitu juga manusia yang memiliki rasa cinta pada alam semesta dan lingkungan. Laku eksploitasi seperti menebang pohon secara membabi buta, membuang sampah seenaknya, membangun tanpa rencana untuk masa depan, dan memusnahkan spesies binatang tertentu tidak akan terjadi. Sebab manusia sadar, apa yang dilakukan itu dapat membuat timpang kehidupannya di hari ini dan esok.
Ketiga, saat manusia mendasari modus hidupnya dengan cinta agar seimbang, maka hasil yang akan dituai menurut Hazrat Inayat Khan adalah keindahan atau kecantikan. Memang untuk kata kunci yang ketiga ini terkesan lebih abstrak tanpa indikator yang jelas dan tegas.
Seperti apa indah dan cantik itu? Kemudian apa yang bisa menjadi alasan untuk mengatakan bahwa itu indah dan ini cantik? Bagaimana manusia bisa melihat keindahan dan kecantikan? Dan seabrek pertanyaan yang dapat kita ajukan untuk kata kunci ketiga dari Hazrat Inayat Khan.
Namun Hazrat Inayat Khan memberi terang bahwa kata kunci yang ketiga ini hanya bisa dirasakan oleh manusia yang melakoninya. Tidak setiap manusia dapat menemukan keindahan dan kecantikan pada siapa dan apa saja. Dan soal ‘dirasakan’ ini tidak serta merta dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Perlu latihan dan penghayatan yang kadang memakan waktu berpuluh-puluh tahun lamanya.
Seperti misalnya suami istri. Belum ada jaminan, meski sudah pacaran tahunan, ketika sudah menikah si suami akan peka dengan keinginan si istri. Bahkan yang telah menikah bertahun-tahun, peka dan rasa suka harus terus diasah untuk menjaga keluarga tetap harmonis.
Nah, maka saya rasa resep yang ditawarkan Hazrat Inayat Khan ini perlu dipertimbangkan sebagai salah satu cara untuk melewati masa-masa yang pelik. Berucap cinta saja mungkin mudah. Namun siapa sangka latihan dan penerapannya melebihi jangkauan usia manusia.
Salam cinta manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar