Minggu, 05 September 2021

Manusia, Buku Pelajaran, dan Murid SMP

Manusia hidup memiliki aturan. Sebab manusia mesti membaur dengan manusia lain yang memiliki berbagai afiliasi, latar belakang, dan kepentingan yang beragam. Dari situ, manusia tidak bisa berbuat sekarepnya. Kecuali memang sifat dan sikapnya telah peroleh label 'manusia urakan' yang dipinggirkan oleh masyarakat.

Di buku pelajaran kita menemui sekian aturan-aturan itu beserta penjelasan. Misalnya di Latihan Kerja Siswa Kewarganegaraan, garapan Tim MGMP Kewarganegaraan Kabupaten Tulungagung (2010) ada catatan kecil soal aturan hidup manusia. Catatan itu didahului dengan tokoh mashur tapi belum dikenal oleh pembaca SMP kelas satu. Nama Aristoteles di situ didapuk sebagai legitimasi ihwal aturan hidup.

Pendahuluan catatan dimulai dengan pengenalan manusia sebagai zoon politicon. Pembaca SMP dimestikan paham dengan penjelasan yang terdapat di dalamnya. "Manusia selalu berkeinginan untuk hidup bersama sehingga dikatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial manusia cenderung untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat." Murid SMP disadarkan bahwa fitrah manusia bukan hidup secara mandiri, apalagi menang sendiri.

Penjelasan itu ditulis oleh sekian guru dari berbagai SMP di Kabupaten Tulungagung. Penjelasan mungkin berakar dari kehidupan keseharian si guru yang banyak menemui ragam kegiatan di masyarakat dikerjakan bersama. Mulai dari kegiatan yang remeh temeh sampai kegiatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Si guru ingin memberi tahu kepada pembaca murid SMP bahwa, manusia itu hidup berkelompok, bersosial, dan bermasyarakat.

Murid SMP belum akrab dengan Aristoteles, tapi sudah dikenalkan lagi dengan Hans Kelsen. Di situ ia diberi ruang untuk penjelasan. Kutipan di buku itu: "Man is a social and political being artinya kehidupan dalam kebersamaan (ko-eksistensi) berarti adanya hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya." Editor buku itu luput tidak memberi jeda dan pembenahan. Tapi penyusun, penjelas di kelas, dan pembaca mesti paham dengan maksud yang terkandung di dalamnya.

Di situ politik belum peroleh porsi pembahasan. Politik belum perlu diajarkan ke murid SMP. Politik masih didefinisikan sebagai manusia yang hidup berkelompok. Padahal mengutip penjelasan-penjelasan di atas, penekanan yang diberikan mestinya pada politik. Bisa jadi, pembaca yang belum ber-KTP belum diwajibkan untuk tahu politik. Politik yang baik bagi pembaca di umur segitu adalah membelokkan pada aturan hidup manusia yang hidup secara berkelompok. Mungkin begitu.

Salam bermasyarakat.

Tidak ada komentar: