Kamis, 10 September 2020

Pertanyaan dari Grup Whatsapp


Beberapa waktu lalu ada seorang teman yang melempar kegelisahan hidupnya ke grup whatsapp. Ia bertemu penyakit yang diderita oleh banyak orang. Tidak tanggung-tanggung, mungkin hampir seluruh penghuni grup whatsapp kala itu memiliki rasa gelisah yang senasib-sepenanggungan dengannya.

Teman saya ini tanya apa tips agar kita fokus dan bisa total dalam ikhtiar agar target bisa tercapai? Kemudian bagaimana kita bisa dapat semeleh ketika target itu tidak kunjung didapat atau malah gagal didapat?

Sekejap kemudian ada yang menimpali jawaban untuk menentukan skala prioritasnya terlebih dahulu. Mana prioritas yang memang benar-benar harus ditunaikan, dan mana yang bisa ditunda. Sekilas jawaban ini memang mirip dengan teori dalam ilmu ekonomi, kebutuhan primer, kemudian sekunder, dan terakhir tersier. Katanya, “Usaha maksimalkan, doa munajatkan, tawakkal totalkan.”

Melihat itu saya teringat kalimat di stiker yang menempel di pintu kamar tidur saya, “Istiqomah itu lebih baik daripada 1000 karomah.” Dalam falsafah Jawa, kalimat itu diterjemahkan dengan “Witing tresno jalaran saka kulino”. Hanya saja falsafah ini kerap ditafsiri untuk hal-hal yang mengarah pada pernikahan, jodoh, atau semacamnya. Padahal jika kita jeli, kedua kalimat itu memberi sinyal pada siapa saja yang sedang merasa terperosok dalam ikhtiarnya mencapai target, agar kembali bergegas bangun dan kembali ke rencana yang telah dibuat sebelumnya.

Memang tidak bisa dipungkiri juga bahwa sepanjang menunaikan rencana itu ada banyak variabel yang turut menggoda untuk berhenti lama-lama atau malah roboh sekalian. Sebut saja persepsi sengit dari orang lain yang kurang suka dengan kita, dukungan finansial yang kurang memadai, kerjasama team yang tidak solid, atau diri kita sendiri yang kerap mudah terpengaruh oleh ucapan orang lain.

Nah, maka dari itu, kita bisa kembali ke solusi skala prioritas di atas. Atau bisa juga kita ajeg menunaikan rencana yang telah disusun dengan prinsip emoh masukan orang lain sebelum terlihat hasilnya. Tapi ini agak rawan. Sebab ada kemungkinan juga masukan orang lain ‘yang sudah berpengalaman’ akan sangat membantu. Atau bisa juga kita memberi sedikit porsi bagi masukan dan variabel-variabel di atas sebagai bahan pertimbangan. Ingat, pertimbangan, bukan keputusan.

Begitu.

4 komentar:

Komsiyah611 mengatakan...

Inspiratif, cekak aos pak sugeng

prianto mengatakan...

Nggih sahe pak

Ahmad Sugeng Riady mengatakan...

maturnuwun bu apresiasinya

Ahmad Sugeng Riady mengatakan...

maturnuwun pak apresiasinya