Barangkali tidak terlalu berlebihan untuk menyebut Kota Yogyakarta sebagai surganya orang yang gandrung dengan buku. Tidak hanya kemudahan untuk mendapatkan buku, banyaknya perkembangbiakan penerbit, atau gembong lahirnya penulis-penulis besar, melainkan harga-harga bukunya juga termasuk murah.
Untuk persoalan harga ini, saya tidak sedang mengarahkan ke buku-buku bajakan. Buku-buku yang asli pun banyak yang murah meriah. Lebih-lebih jika ada event seperti Kampung Buku Jogja, Patjar Merah, dan sebagainya, harga buku bisa dibanting dengan harga semurah-murahnya. Belum lagi jika dari penerbit sendiri yang sedang memberi diskon di momen tertentu atau menjual beberapa buku dengan nama-nama paket yang nyleneh, unik, dan tentu buku-bukunya menarik. Ada penerbit Basabasi, Mojok, Forum, Tanda Baca, Circa, MJS Press, dan toko buku Berdikari book untuk menyebut beberapa nama yang kerap saya dapati membuat paket buku murah, diskon buku, dan atau menyelenggarakan event-event seputar buku.
Belum lagi jika diakumulasikan dengan hadirnya toko buku seperti Togamas, Social Agency, dan Amalia. Kemudian penerbit-penerbit besar seperti Gramedia, Marjin Kiri, dan Mizan yang sedikit banyak turut membuat peta perbukuan di Yogyakarta semakin semarak. Maka dari itu, ada banyak sekali alternatif pilihan untuk membeli buku di Yogyakarta. (Sengaja untuk beberapa toko buku bajakan tidak saya sebut di sini, karena selain mematikan penerbit-penerbit buku, toko buku bajakan juga tidak memberi contoh yang baik soal etika literasi. Kendati ada yang diuntungkan dengan adanya toko bajakan, tapi jika dikalkulasi, kerugian justru melanda banyak pihak termasuk penulis, editor, layouter, pembuat cover, dan bagian marketing dari buku ori.)
Membeli Tiga Novel Tebal
Berbicara soal diskon buku, Penerbit Gramedia beberapa kali dalam kurun waktu setahun terakhir merayakannya dengan memberikan harga murah untuk pembeli buku-buku yang berhasil diterbikannya. Diskon buku ini digelar di gudangnya yang berada di daerah Tajem, Maguwoharjo, Sleman. Kira-kira sekitar dua kilometer dari Stadion Maguwoharo Sleman. Stadion yang kerap kita saksikan di layar kaca pada laga tim sepakbola nasional kontra negara-negara lain.
Tidak tanggung-tanggung, harga buku yang didiskon jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga dari seporsi bakso atau nasi goreng di pinggiran jalan raya. Mungkin juga lebih murah dari seporsi makan ayam geprek atau mie setan. Bukunya dijual mulai dari harga 5 ribu sampai 30 ribu rupiah. Bagaimana, bukankah ini cukup memanjakan bagi para pembaca dan pengoleksi buku?
Saya pun kepincut. Kemarin bersama dengan Alfis, teman satu asrama sekaligus mahasiswa baru di UNY, memacu montor menuju ke lokasi. Kami berdua pun berangkat. Di sepanjang perjalanan kami, guyuran panas sinar matahari dan selimut asap kendaraan bermotor terus menyertai sampai tiba di lokasi. Beberapa motor diparkir rapi. Sebelum masuk, kami disuruh cuci tangan, cek suhu, dan absen.
Ternyata gudangnya jauh lebih besar dari yang saya perkirakan. Ada banyak rak dengan buku berjajar tak beraturan. Buku tak beraturan itu mungkin sudah beberapa kali diambil oleh pembeli, tapi tidak jadi dibeli. Akhirnya buku ditaruh kembali bersama kawanan buku-buku lain.
Saya menyisir dari rak pertama di sebelah kiri, kemudian berjalan pelan ke rak sebelah kanan. Saya menjaga pandangan agar tidak luput pada buku-buku itu, barangkali ada satu dua buku yang cocok. Saya berjalan terus, sampai ke rak buku terakhir. Memang mayoritas buku yang dijual adalah buku-buku bergenre novel penulis dalam negeri, novel terjemahan, komik, biografi tokoh, kamus, dan beberapa buku sejarah.
Saya pun membeli tiga buku novel terjemahan yakni, You and Me Always karya Jill Mansel, dari judulnya saja bisa ditebak bahwa novel ini bergenre romans.
Kemudian American Gods karya Neil Gaiman, pengarang populer asal Inggris yang produktif menulis dan kerap mendapatkan penghargaan. Di novel American Gods inilah, Neil Gaiman tercatat paling banyak mendapatkan penghargaannya mulai dari Locus Award, Bram Stoker Awards, Penghargaan Hugo, Nebula Awards, Penghargaan Barnes dan Noble Writers for Writers.
Yang terakhir novel The Wolf in Winter karya John Connolly. Sayangnya saya tidak menemukan novelnya yang bertajuk A Song of Shadows yang berhasil menyabet Barry Awards sebagai novel terbaik
Tiga novel itu jika dibeli dengan harga normal menyentuh kisaran 500 ribuan. Tapi saya bisa mendapatkannya hanya dengan merogoh uang 50 ribu. Cukup menggembirakan bukan?
Saya pun pulang membawa pekerjaan rumah membaca tiga novel itu. Saya tidak berjanji untuk mengkhatamkannya sekaligus. Saya hanya berjanji membacanya dan menulis bagaimana sudut pandang saya setelah selesai membaca novel itu. Karena bagi saya, untuk merayakan harga buku yang murah dan jerih payah penulisnya, hanya dua hal itu yang bisa untuk menebusnya. Membacanya sampai khatam, dan menulis kritik sekaligus kesetujuannya. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar