Pandemi Covid-19 belum menuai kabar baik. Kita kembali diajak untuk bersabar, menanti informasi lebih lanjut dari pemangku kebijakan di pusat. Rencana untuk memutar kembali roda kehidupan yang mulanya akan digelar mulai tahun depan, perlahan tapi pasti akan menemui jalan kelam.
Ada banyak daerah yang kembali menerapkan protokol kesehatan dengan lebih ketat. Di Tulungagung, kampung halaman saya, penerapan jam malam diberlakukan lagi. Warung kopi yang sedianya buka sampai larut malam bahkan ada yang sampai pagi, dipaksa untuk menutup warungnya lebih dini. Belum lagi dengan razia masker yang dilakukan hampir di setiap waktu dan sembarang tempat. Mereka yang terbukti melanggar akan dikenakan sanksi kerja sosial.
Hanya saja Tulungagung tidak turut menggelar pemilihan kepala daerah seperti di daerah-daerah lainnya. Hal ini juga sedikit memberi ruang bernapas yang agak lega bagi masyarakat dan tenaga medis, untuk tidak terlalu was-was terhadap lonjakan korban yang terpapar.
Berbicara tentang pemilihan kepala daerah, perhatian masyarakat Indonesia banyak yang tersita pada kontestasi para calon di kota Solo dan Medan. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa dua daerah tersebut mengusung anak dan menantu dari Bapak Presiden Jokowi.
Jauh hari sebelum pemilihan digelar, saya banyak mengikuti beberapa webinar dan membaca beberapa ulasan dari para jurnalis, pemerhati politik, dan praktisi politik terkait kontestasi di dua kota tersebut. Hasilnya, ada dua pendapat yang muaranya berbeda namun titik berangkatnya sama, yakni hak setiap manusia untuk berpolitik.
Memang dalam berdemokrasi, siapa pun bisa memilih dan dipilih selama tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan. Dan paslon yang memiliki hubungan kekerabatan dengan pejabat, bahkan presiden sekalipun, tidak bisa dilarang untuk turut berkontestasi di dalamnya.
Namun pendapat yang lain menilai hal ini sebagai upaya untuk melanggengkan dinasti politik. Sebab akses, reputasi, dan kapitalnya cenderung lebih banyak dibandingkan dengan paslon yang tidak memiliki hubungan kekerabatan. Selain itu juga dikhawatirkan akan menumpuk kekayaan dan luput untuk mensejahterakan masyarakat yang telah memilihnya.
Makanya paslon dari kota Solo dan Medan ini harus mampu menjawab penilaian tersebut dengan cara merealisasikan program-program selama kampanye untuk memajukan masyarakat pemilihnya. Ini juga berlaku bagi paslon di daerah mana pun yang memiliki hubungan kekerabatan. Ya itu jalannya, tidak ada jalan alternatif kecuali jika di tahun-tahun selanjutnya ingin mendapat rapor buruk dari masyarakat.
Oh iya, beberapa hari kemarin masyarakat Indonesia berduka dengan wafatnya Bapak Iman Budhi Santosa, salah seorang seniman, budayawan, penulis, dan guru bagi para pegiat sastra. Ia cukup produktif. Keterlibatannya dalam berbagai acara sastra, kesenian, dan budaya juga terbilang cukup intens.
Saya hanya sekali bertemu dengannya, ketika ia membedah buku ‘Truntum Gumelar’, kumpulan puisi-puisi berbahasa Jawa di Bentara Budaya Yogyakarta (23/2/2019). Tidak banyak yang saya ingat dari wejangannya, karena dalam kurun waktu satu jam, ia banyak menuturkan petuah yang baik dan padat. Saya hanya ingat, ia mengatakan bahwa jangan pernah berhenti untuk berkarya.
Usai acara itu, saya memberanikan diri untuk menyapanya, meminta foto dan tanda tangan. Sayangnya, hasil jepretan fotonya terlihat buram. Tapi di bawah tanda tangannya, ia membubuhkan pesan yang mungkin sampai saat ini, tanpa saya sadari telah menjadi bagian hidup saya. Kalimatnya, Terus Mlaku lan Tansah Lelaku.
Memang kita seharusnya seperti itu, tetap bertahan, tidak menyerah dengan keadaan, dan terus berjalan. Sekalipun pandemi ini belum ada tanda-tanda untuk selesai dan fakta politik yang terus dipenuhi intrik.
Salam hangat dan sehat.
3 komentar:
P. Sugeng membaca tulisan jenengan saya sangat prihatin, ni dari tokoh 2 sahabat kita yang barusan berpulang kehadirot Alloh. Pun mireng mas Edi sudrajat Ngunut, p. AsnawuBalesono,p.marsono sumberingin kidul dalam waktu yg cukup berdekatan beliau berpulang.mugi mugi beliau semua husnul kotimah. Amiin
P. Marsono sumberingin kilen
Amin bu. Al Fatihah kagem nami-nami ingkang kasebat ...
Posting Komentar