Senin, 11 Januari 2021

Duka, Pembatasan, dan Saling Bekerja Sama

Mari sejenak kita menengadahkan tangan dan menundukkan kepala. Berdoa untuk para korban semoga mendapat tempat apik di sisi-Nya. Bagi keluarga duka, supaya lekas terbiasa tidak lagi bersua dan merelakan kepergiannya dengan ikhlas.

Memang pergi-pulang pada hayat manusia bukan hal yang wagu untuk diketahui. Pasalnya kitab suci telah melegitimasi bahwa setiap yang bernyawa pasti dihidupkan lalu mati kemudian. Semua sama seperti itu. Hanya yang beda, seberapa banyak hal-hal baik, positif, dan apik yang berhasil ditoreh sejak dari kecil-mungil sampai dewasa-menua.

Bagi yang menorehkannya dengan porsi kolosal, maka ia bisa berbahagia dan mengumbar tawa yang mungkin tidak berkesudahan. Namun bagi yang menorehkannya sedikit atau malah tidak ada, jangan berkerdil hati.  Barangkali hanya dengan mengakui bahwa dirinya sebagai manusia berdosa, oleh-Nya malah dihadiahi ampunan. Ya, Tuhan dengan segala ke-Maha-annya tidak dapat dikalkulasi seperti hitungan para hambanya di alam semesta.

Terkait kalkulasi hamba, contohnya ada pada penerapan pembatasan kembali protokol kesehatan yang lebih ketat, untuk menekan laju paparan virus yang tengah melonjak di awal tahun 2021 ini. Terhitung sejak hari ini sampai kisaran dua pekan kemudian, kita kembali di rumahkan. Tentu melakukan segala aktivitas di dalam rumah bukanlah hal baru bagi kita semua. Kita mungkin telah terbiasa, atau malah sudah merasa bosan dan menemui titik jenuh dengan situasinya?

Penerapan pembatasan ini menyasar warga di Jawa-Bali dengan regulasi dan konsekuensi yang telah dirumuskan para pemangku kebijakan. Kendati kalkulasi kita melalui upaya vaksinasi dan pembatasan ini ditunaikan, kita tetap tidak bisa menentukan di angka berapa pandemi ini menurun. Paling banter kita hanya bisa berharap, semoga pandemi ini lamat-lamat dapat menyingsih.

Saya rasa kita sepakat untuk melihat anak-anak kembali bersekolah dengan riang, pekerja bisa berkeringat dan merokok di warung dengan bebas, ruang diskusi pemuda kembali digelar suka-suka, dan juga wisata yang jadi promosi utama untuk menaikkan kesejahteraan warga kembali dibuka. Tapi tentu untuk seperti itu, sepakat saja belum cukup. Kita semua perlu kerja sama yang saling mengejawantah.

Saya pernah diprotes oleh seorang teman, bahwa kerja sama di negeri kita hanya mungkin terjadi jika pihak yang bersangkutan saling diuntungkan kepentingannya. Saat itu saya hanya mengiyakan tanpa mengamini apa-apa yang telah ia utarakan panjang lebar. Jika didengar sekilas memang menarik dan benar, tapi jika dicek lagi, ucapan itu malah jadi samar-samar.

Ada ungkapan apik dari Maulana Jalaluddin Rumi, seorang sufi besar yang diakui oleh dunia internasional karena gagasan cintanya yang menggelora. Katanya, “Kemarin aku pintar, aku ingin mengubah dunia. Hari ini aku bijak, aku ingin mengubah diriku sendiri”.

Ungkapan itu relevan dengan kondisi kita hari ini yang kerap saling tuding salah dan membenarkan diri sendiri. Kamu jangan begitu, kamu begini saja deh, kamu harusnya melakukan itu, dan sejenisnya. Kalau seperti itu, ya bakal mustahil kerja sama dapat direalisasikan dengan ciamik. Alih-alih memudahkan, yang terjadi malah menyusahkan.

Berbeda misalnya jika masing-masing pribadi menyadari dan membuka diri terhadap kemungkinan memperbaiki. Ya semacam berlaku bijak terhadap diri sendiri. Mungkin ceritanya akan bisa lain lagi. Bisa jadi tanpa ada komando yang mendahului, kita semua dengan sukarela akan saling bekerja sama, termasuk juga soal melawan pandemi kali ini.

Nah, mari bergandengan tangan melewati masa-masa yang sulit dan pelik ini. Mari menyemogakan harapan-harapan baik. Dan mari bersama berkontribusi yang apik, minimal untuk perbaikan diri sendiri.

Salam positif.

6 komentar:

prianto mengatakan...

Artikel yang keren dan bermutu pak

prianto mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
KangNoerhadi mengatakan...

Apik tenan ide dan tulisannya kang sugeng ini... Syukron ustadz... Pencerahannya..

Ahmad Sugeng Riady mengatakan...

Maturnuwun pak apresiasinya ...

Ahmad Sugeng Riady mengatakan...

Maturnuwun pak apresiasinya ...

Catatan Zulis mengatakan...

Keren