“Aku hanya kesal dengan orang yang sok, tapi tidak berbuat banyak.” Pernyataan itu keluar dari Kuga Yuma, tokoh anime serupa manusia namun dianggap sebagai musuh. Ia bertubuh pendek, kerap dipasang wajah imut, dan tentu saja memiliki kekuatan di atas rata-rata.
Saya tidak menjelaskan detailnya seperti apa, tapi jika pembaca penasaran, silahkan tonton animenya berjudul World Trigger. Anime bagus yang mungkin juga menjadi semacam prediksi bagi kehidupan umat manusia beberapa tahun mendatang.
Anime itu juga yang membelokkan niat saya untuk merampungkan sekian tulisan: tugas kuliah, deadline artikel web, dan mengisi konten di media sosial milik sendiri. Hari ini saya malas melakukan itu semua. Saya malah memilih menonton anime itu, dari episode ke episode.
Padahal di hari Jumat, saya sudah berencana apa yang akan saya tunaikan di hari Sabtu dengan detail. Di dalamnya juga termasuk tidur, makan, main game online, dan tentu saja menonton anime itu yang baru saja saya mulai dua hari lalu.
Awalnya saya menonton potongan anime itu dengan tidak sengaja. Iseng. Layaknya anak muda yang gandrung media sosial, saya terbiasa dengan scroll konten dari satu akun ke akun lain. Sampai akhirnya bertemu dengan potongan anime World Trigger. Dari situ kemampuan pelacak sebagai manusia media sosial dimulai. Saya menelusuri berbagai situs anime dan akhirnya ketemu. Ah pelacakan yang kekeh seperti itu kadang saya sesalkan, “Kenapa berbanding terbalik ketika saya tidak tahu mengenai suatu hal. Saya memilih menyerah, ketimbang getol belajar dan mencari tahu caranya.”
Sampai artikel ini saya tulis, saya baru menonton sebanyak 23 episode dari total 100 sekian episode animenya. Tapi dari situ saya melulu mengakumulasikan seberapa banyak waktu yang saya alokasikan untuk menonton anime itu.
Satu episode berlangsung sekitar 24 menit. Jika ada 23 episode, maka dikalikan 23 akan kita temukan sebanyak 552 menit. Itu artinya saya menonton selama 9 jam lebih dalam 3 hari. Jadi saya sehari menonton anime sekitar 3 jam.
Dalam waktu 3 jam itu jika saya bandingkan dengan membaca novel misalnya, saya bisa menyelesaikan sekitar 100-an halaman. Tapi untuk buku teori dan hasil penelitian, mungkin sekitar 60-70-an halaman. Jumlah yang mungkin dianggap banyak oleh orang awam. Padahal itu masih jauh di bawah standar untuk disebut sebagai kutu buku.
Dan jika waktu 3 jam itu saya gunakan untuk menulis seperti catatan semacam ini, saya bisa memproduksi sekitar 4 tulisan. Dengan catatan, ada bahan yang sudah siap untuk ditulis. Namun jika belum, mungkin saya hanya bisa merampungkan dua tulisan sembari mencari bahan. Namun untuk tulisan serius, waktu 3 jam itu bukan apa-apa. Kadang waktu selama itu hanya saya gunakan untuk memetakan alur di pikiran, membolak-balik buku sebagai referensi, dan menulis-menghapus paragraf pertama. Benar-benar melelahkan.
Akan tetapi terlepas dari perbandingan itu semua, saya juga tidak bisa memberi penilaian bahwa menonton anime itu sama halnya melakukan aktivitas yang sia-sia. Tidak. Tidak sama sekali.
Justru saya merasa sebaliknya. Dari sedikitnya anime, termasuk genre lain dalam perfilman, sedikit banyak membantu saya dalam berimajinasi. Bagi saya ini penting. Sebab imajinasi tidak datang tiba-tiba. Imajinasi bisa moncer jika dilatih dengan visualisasi. Dari itu memudahkan saya untuk berdiskusi, menulis artikel, membuat konten, sampai pada becanda mengkhayal menjadi sultan.
Nah, anime World Trigger ini memberi gambaran pada saya bahwa mungkin di masa depan, manusia akan berinteraksi dengan mereka dari luar planet bumi atau robot ciptaan manusia. Hal ini memperhatikan pada sejumlah teknologi yang terus dikembangkan.
Sekian liputan pernah memuat berita yang sebelumnya tidak terduga, ternyata ada. Dan itu berkat kemajuan pesat dari teknologi. Misalnya seperti robot yang dapat beraktivitas layaknya manusia, penundaan penuaan pada tubuh manusia, sistem pendeteksi manusia, dan lainnya. Terlepas dari valid tidaknya berita itu, saya rasa, kita sebagai manusia mesti bergegas berbenah.
Kenapa demikian? Sebab dalam ilmu sosial, interaksi itu tidak mesti berjalan mulus. Interaksi tidak selalu harus berlaku harmonis. Interaksi juga berarti adanya konflik, pihak yang kalah dan pihak yang menang. Maka untuk itu, perlu persiapan yang matang sejak sekarang.
Tapi mohon maaf, saya mesti melanjutkan nonton animenya sampai rampung dulu. Setelah itu baru saya akan turut menyiapkan diri. Hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar