Rabu, 23 Maret 2022

Kacamata untuk Masjid Suciati Saliman Yogyakarta

Saya beberapa kali berkunjung ke Masjid Suciati Saliman Yogyakarta. Masjid yang hari ini mungkin banyak beredar di media sosial sebagai masjid megah, bernilai mewah, dan memiliki banyak sudut menarik untuk dipotret maupun dikaji. Masjid tersebut mungkin menjadi satu-satunya masjid yang terbilang baru, namun telah mengalami banyak gejolak dari sisi internalnya.

Jika kita cari di kajian akademis, mungkin hanya sedikit saja yang ditemukan. Kebanyakan kajiannya hanya berkisar pada manajemen dan bentuk arsitekturnya yang menyerupai Masjid Nabawi di Kota Madinah, dengan balutan masjid budaya Jawa.

Kajian itu memang menarik. Tetapi mungkin karena menarik itulah, kajian yang semacamnya juga banyak ditemukan pada masjid-masjid lain di negeri ini. Ya, kajian yang bisa dinilai sangat-sangat umum sekali. Bahkan di beberapa gedung akademis saya mendengar, kajian masjid bernada manajemen dan arsitektur sudah mulai dikurangi.

Tetapi jika ditilik pada laman internet, kita akan menemukan sekian berita yang memiliki benang merah sama: Masjid ini dibangun Ibu Suciati dari hasil kerja kerasnya berjualan ayam potong, sedikit demi sedikit. Berita yang memang membuat banyak pembaca menjadi optimis untuk memancang cita-cita tinggi, mulia, dan berpahala: membangun masjid.

Hanya saja bahasa media semacam itu juga bisa berdampak pada menjamurnya masjid. Padahal fakta yang ada dalam beberapa dekade belakangan, masjid banyak dibangun dan diperbaiki namun kunjungan ke masjid menjadi berkurang.

Kalau tanya ke pengunjung yang datang dari desa, mereka rata-rata akan berdecak kagum melihat megahnya Masjid Suciati Saliman Yogyakarta ini. Sementara dari mereka yang datang dari kota, melihat masjid ini seperti halnya masjid besar lainnya, yang memang menjadi pemandangan umum ihwal masjid-masjid di kota.

Begitu catatan yang saya kumpulkan dari jelajah di dunia maya maupun nyata. Saya sendiri memang tidak memungkiri kegagahan Masjid Suciati Saliman Yogyakarta ini. Akan tetapi, apakah kegagahan bangunan tersebut berjalan selaras dengan mengkiblatkan perannya di Masjid Nabawi?

Jawabannya tentu saja tidak bisa saya sampaikan di sini. Saya akan mengurai lebih detail dan dalam di tesis sebagai tugas akhir. Maka mohon doa, restu, dukungan moril, dan dananya (hehe) dari semua. Kira-kira begitu.

Tidak ada komentar: