Jumat, 27 Mei 2022

Cinta Membuat Orang itu Gila

Sekali waktu Rasyid bin Zubair, pemuda yang memiliki bibit, bebet, dan bobot di kelas menengah ke atas pernah mengalami kisah yang agak memalukan. Tepatnya, ia salah dalam memaknai peristiwa yang berkenaan dengannya.

Saat dirinya berjalan santai di kota Kairo, ia bertemu dengan perempuan berparas cantik. Ia mengalami jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Semakin ia melihat perempuan itu, semakin bertambah cinta kepadanya.

Beberapa kali juga perempuan itu melihat ke arah Rasyid bin Zubair. Pandangannya bagi Rasyid bin Zubair adalah pertanda bahwa, perempuan itu juga menyukainya.

Padahal bila disandingkan, keduanya menjadi bukti kalau cinta memang mestinya melengkapi. Bagaimana tidak? Rasyid bin Zubair ini memiliki rupa yang jelek, berkulit legam, hidungnya pesek, dan bertubuh pendek. Sedangkan perempuan itu kebalikan dari dirinya yang seperti itu.

Rasyid bin Zubair pun mengikuti perempuan tersebut. Keduanya berjalan keluar-masuk gang beberapa kali. Sampai kemudian perempuan itu berhenti di depan sebuah rumah lantas membuka penutup wajahnya. Ia memperlihatkan kecantikannya. Rasyid bin Zubair semakin dilanda rasa cinta yang meluap-luap.

Perempuan itu kemudian berteriak memanggil nama Halimah. Datanglah seorang anak kecil perempuan yang parasnya juga cantik. Perempuan itu berkata sembari mengarahkan pandangannya kepada Rasyid bin Zubair, “Kalau kamu ngompol lagi, biar dikremes tuan itu nanti”.

Cerita semacam ini pernah saya alami saat kecil dulu. Menjadi anak kecil yang nakal, susah dikasih tahu, dan sembrono kerap membuat orang tua saya kewalahan. Maka untuk membuat saya bisa tenang barang sebentar, mereka akan menakut-nakuti saya dengan kehadiran orang gila. “Nek nakal-nakal terus, ben digowo Enduh”, kata ibu saya.

Nama Enduh, Bero, dan Didik adalah momok bagi saya kecil. Saya tahu bahwa ketiganya adalah orang yang (mohon maaf) kurang waras. Enduh sebenarnya masih lumayan, mau bekerja mencari rongsokan, mengenal uang, dan agak nyambung diajak bicara. Bero hampir setiap hari lewat di depan rumah dan sering ngamuk tidak jelas. Kalau Didik, belakangan saya tahu kerap nongkrong di warung kopi dan memintai rokok pada siapa yang ngopi di tempat tersebut.

Ketiganya bagi saya kecil sangat menyeramkan. Sampai hari ini mungkin cara-cara menenangkan anak seperti ini masih lazim ditemui. Cara yang tidak masuk dalam buku, mata kuliah, atau seminar tentang parenting.

Perempuan itu lantas menoleh kepada Rasyid bin Zubair, dan mengucapkan terimakasih karena telah mengantarnya pulang. Tentu saja terimakasih itu juga untuk bantuannya menenangkan putrinya. Ucapan yang tidak pernah disampaikan pada Enduh, Bero, dan Didik karena ketidaksengajaannya membantu menenangkan anak kecil.

Rasyid bin Zubair pun malu dan beranjak pergi. Jatuh cinta memang kerap menjebak manusia waras menjadi orang gila. Sekian.

Tidak ada komentar: