Minggu, 13 Agustus 2023

Resensi Buku: Melawat Anak Melalui Buku

Anak dan buku di zaman dulu menjadi sahabat. Lantaran melalui buku, anak bisa menemukan teman imajinatif, merasai pengalaman, mendulang emosional tahap belia, dan memberi ruang kreatif bagi dirinya. Buku di anak pada masa silam jadi semacam candu.

Meskipun perlu diakui secara sadar bahwa, buku anak di masa lalu ceritanya melulu itu-itu saja: kemiskinan, anak yang durhaka, dan anak gembala (hlm. 9). Buku anak mendera kegersangan ide cerita. Dari problem itu, buku anak bercap impor masuk. Buku-buku itu diterjemah dan terbaca oleh anak-anak di negeri ini. Sebut saja misalnya Enid Bylton.

Selainnya, anak sendiri juga terkenal sebagai makhluk yang banyak polah. Sebab apa yang ada di hadapannya, akan disulap jadi mainan. Dunia bermain adalah dunia anak. Dunia yang kerap tidak peroleh toleransi oleh orangtua. "Para orangtua justru sering menjadi perampas pertama nafas gerak anak dan bukan menjadi yang paling bergembira dalam peristiwa perayaan raga sehari-hari" (hlm. 22). Anak yang baik adalah anak yang tidak banyak polah.

Dalam buku Kitab Cerita; Esai-esai Anak dan Pustaka 2 (2021) ini, kita disuguhi sekian hal yang berhubungan dengan anak. Anak memiliki dunia kreatif dan bebasnya sendiri yang kadang, kita luput tidak memberinya ruang yang cukup. Karena tanpa kita sadari, "Anak terlanjur terbiasa dengan ruang yang telah diatur oleh institusi (pen)dewasa(an)." Anak yang sedang lucu-lucunya diberi peringatan untuk anteng, manut, dan mantuk-mantuk.

Buku setebal 118 halaman ini mengajak pembacanya untuk insyaf. Bahwa anak ternyata bisa gembira dengan cara cerita, bukan layar gawai. Anak juga bukan barang jadi, makanya segala hal yang ditunaikan si anak, orangtua dan semesta bermestian untuk mendukung bukan menghakimi. Seperti halnya orang dewasa, anak juga memiliki dunianya yang berwarna. Sekian.

Tidak ada komentar: